Jumat, 12 Maret 2010

sedikit ttg hutang jangka pendek

Pendahuluan
Pada dasarnya tujuan utama sebuah penunjuk jalan, atau sebuah peta adalah memberikan gambaran yang cukup atau tuntunan yang membantu pemakai mencapai maksud dan tujuannya. Lain hal dengan sebuah teka-teki, yang dengan sengaja dibuat sedemikian rupa untuk membingungkan dan mengacaukan pemakai dengan memberikan gambaran atau tuntunan yang rumit dan kompleks sehingga tujuan lebih sulit dicapai. Seperti itulah kira-kira sebuah Laporan Keuangan dapat diartikan oleh pandangan kita.
Sebagai Peta, laporan keuangan membentuk dasar untuk memahami posisi keuangan suatu perusahaan, dan menilai kinerja yang telah lampau dan prospek kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Laporan Keuangan memiliki kemampuan untuk menyajikan secara gamblang kesehatan keuangan satu perusahaan guna memberikan keputusan bisnis yang informatif.
Tetapi sayangnya ada juga pihak-pihak dan campur tangan yang sengaja membuat laporan keuangan seperti layaknya sebuah teka-teki dengan tujuan menyembunyikan informasi tertentu. Dengan berbagai maksud dan tujuan, laporan keuangan dimanipulasikan sehingga dapat memberikan keuntungan bagi segelintir pihak dan pada akhirnya tidak sesuai dengan fungsi sesungguhnya dari sebuah laporan keuangan.
Profesi yang mengawasi dan meneliti tentang keabsahan sebuah laporan keuangan biasa disebut auditor. Auditor merupakan pihak independen untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan, tetapi banyak juga kasus-kasus yang terjadi membuktikan bahwa penyimpangan masih sering terjadi meski penyajian telah diperiksa secara lebih terperinci sekalipun. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan hal seperti itu terjadi namun sebelumnya kita harus memahami dengan betul setiap pos / rekening yang terdapat didalam sebuah laporan keuangan sehingga mungkin dapat mencegah hal-hal seperti penyimpangan-penyimpangan yang kita singgung sebelumnya dapat dihindari.
Pengertian
Kewajiban jangka pendek (current liability) menunjukkan kewajiban kini kepada pihak selain pemilik perusahaan akibat kejadian masa lalu yang memerlukan penyelesaian dikemudian hari dalam jangka waktu satu periode (12 bulan) setelah tanggal neraca atau dalam suatu masa perputaran usaha yang sesuai dengan masa yang digunakan dalam penggolongan aktiva lancar. Kalau ditinjau dari sisi pendanaan, maka utang jangka pendek merupakan sumber pendanaan bagi kepentingan jangka pendek perusahaan yang mempunyai jangka waktu penyelesaian relatif pendek. Oleh karena itu penyelesaian kewajiban demikian mestinya menggunakan aktiva lancar yang diperoleh dari kegiatan operasi atau dengan menimbulkan kewajiban jangka pendek baru.
Kewajiban-kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sedemikian rupa sehingga mampu memberikan informasi yang cukup bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui posisi keuangan jangka pendek perusahaan di waktu sekarang serta memperkirakan kinerja keuangan jangka pendek perusahaan di masa mendatang. Secara umum kewajiban-kewajiban jangka pendek dapat kita klasifikasikan dalam 2 (dua) kelompok, yaitu:

 Kewajiban Jangka Pendek yang jumlahnya sudah pasti
 Hutang Dagang (account payable)
Hutang dagang merupakan kewajiban jangka pendek yang timbul dari kredit yang terjadi karena ada transaksi pembelian barang dan jasa. Rekening ini akan hilang apabila dilunasi. Proses yang terus-menerus dari kegiatan usaha akan mengakibatkan secara otomatis terciptanya hutang dagang, yang bertambah dan berkurangnya tergantung kepada kebijaksanaan kredit perusahaan, kondisi perekonomian, dan sifat siklus bisnis perusahaan sendiri.
Secara umum pengakuan adanya utang usaha dilakukan bersamaan dengan waktu perpindahan hak kepemilikan dan resiko yang melekat pada barang yang dibeli. Waktu perpindahan hak kepemilikan dan resiko umumnya didasarkan pada waktu penyerahan barang. Namun begitu bila antara pembeli dan penjual karena suatu hal tidak memungkinkan dilakukan penyerahan barang secara langsung, maka penetapan waktu perpindahan hak kepemilikan dan resiko didasarkan pada syarat pengiriman yang disepakati. Dalam sistem perdagangan barang dikenal ada dua syarat pengiriman, yaitu:

 Free on Board shipping point
Menurut syarat pengiriman ini perpindahan hak kepemilikan dan resiko atas barang yang diperjual-belikan terjadi pada sat barang keluar dari gudang penjual atau pada saat barang diserahkan ke pihak pengiriman.

 Free on Board destination
Menurut syarat pengiriman ini perpindahan hak kepemilikan dan resiko atas barang yang diperjual-belikan adalah pada saat barang-barang tersebut sampai di gudang pembeli. Jurnal yang harus dibuat pada saat terjadinya perpindahan hak dan kepemilikan dan resiko atas barang yang dibeli adalah ;

Pembelian (nama aktiva yang dibeli) xxx
Hutang Dagang xxx

 Wesel bayar (notes payable)
Adalah kewajiban jangka pendek yang berupa janji sanggup membayar kepada supplier atau institusi keuangan dalam bentuk surat kesanggupan membayar (promes) atau dalam bentuk surat perintah membayar (wesel) yang telah diterima oleh debitur. Wesel bayar dapat timbul bersamaan waktunya dengan pembelian barang atau jasa atau juga timbul dari pengalihan utang dagang menjadi wesel bayar.
Contoh :
Tanggal 1 Maret 2010 dibeli barang dagangan seharga Rp. 250,- dengan kredit. Tanggal 5 Maret 2010 telah diterima sebagai transaksi senilai Rp. 250,- atas pembelian barang dagangan per tanggal 1 Maret 2010 yang lalu. Demikian jurnalnya ;

Tanggal 1 Maret 2010
Pembelian Rp. 250,-
Hutang dagang Rp. 250,-

Tanggal 5 Maret 2010
Hutang dagang Rp. 250,-
Wesel Bayar Rp. 250,-

 Bagian lancar dari Hutang jangka panjang (current maturities of long term debt)
Bagian dari utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dalam 12 bulan setelah tanggal neraca dapat dikelompokkan dalam utang lancer manakala penyelesaian utang tersebut menggunakan kas yang tidak dibatasi penggunaannya. Kalau perusahaan mempunyai obligasi, hipotik atau bentuk lain hutang jangka panjang, bagian hutang itu yang dalam waktu dekat akan dibayar lunas, diklasifikasikan sebagai hutang jangka pendek.

Demikian jurnalnya ;

Biaya (….)* xxx
Hutang (….)* xxx

*Gaji, sewa, asuransi, dan beban lain-lain yang masih harus dibayar dan termasuk kewajiban jangka pendek

 Hutang deviden (dividen payable)
Pada umumnya pembagian dividen oleh suatu perusahaan dilakukan dalam dua fase diumumkan dan fase di bayarkan deviden. Pengakuan adanya hutang deviden dilakukan pada saat diumumkan akan dilakukan pembagian deviden. Jurnal yang harus dibuat pada saat akan dilakukan penbagian dividen adalah ;

Deviden xxx
Hutang deviden xxx

 Hutang Pajak (tax payable)
Yaitu hutang yang timbul berdasarkan ketentuan perpajakan, misalnya pajak penghasilan perusahaan yang kurang dibayar, pajak penjualan yang belum disetor, pajak bumi dan bangunan yang belum disetor dan lain-lain. Misalnya pada tanggal 1 Maret 2010 dibayar gaji kepada pegawai dengan rincian sebagai berikut ;
Jumlah gaji karyawan
Pajak Penghasilan 10%
Dibayarkan kepada karyawan
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembayaran gaji tersebut adalah ;
Beban gaji Rp.100.000,-
Hutang Pajak Rp.10.000,-
Kas Rp.90.000,-

 Hutang Biaya (expenses payable)
Yaitu hutang yang timbul karena pembebanan biaya yang belum dilakukan pembayarannya sampai dengan tanggal disusunnya Neraca, misalnya gaji karyawan yang belum dibayarkan, biaya pemasangan iklan yang belum dibayar dan lain-lain.
Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat biaya yang belum dibayar ini adalah ;
Beban (…) xxx
Beban (…) yang belum dibayar xxx

 Uang Jaminan (wages warranty)
Adakalanya suatu perusahaan menjual produknya disertai dengan pembayaran jaminan atas pengembalian barang-barang milik perusahaan yang digunakan sebagai alat angkutan atau kemasan atas barang-barang yang dijual tersebut. Uang jaminan ini diperlakukan sebagai hutang jangka pendek bila ada kepastian bahwa perusahaan akan mengembalikan uang jaminan seluruhnya manakala pembeli telah mengembalikan barang perusahaan yang dijaminkan tersebut.
Misalnya telah dijual 1 ekor kucing Kampoenk seharga dengan uang jaminan . Maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah ;
Kas Rp.250.000,-
Penjualan Rp.200.000,-
Uang jaminan kucing Kampoenk Rp. 50.000,-

 Penghasilan yang diterima dimuka (deferred revenue)
Yaitu penerimaan di muka atas kontra prestasi jasa-jasa perusahaan yang belum dilakukan oleh perusahaan kepada pihak lain yang telah melakukan pembayaran tersebut. Penerimaan tersebut belum boleh diakui sebagai pendapatan karena perusahaan belum memberikan kontra prestasinya dan untuk sementara waktu diperlakukan sebagai kewajiban perusahaan sampai kontra prestasi itu telah dilakukan.
Misalkan pada tanggal 1 Januari 2010 Bedu menyewakan gudang miliknya kepada pihak kedua sebesar untuk masa tahun. Maka terdapat (dua) pendekatan yang dapat digunakan untuk mencatat penerimaan sewa di muka tersebut, yaitu :
a. Pendekatan neraca. Seperti inilah jurnalnya saat penerimaan kas;
Kas Rp.2.000.000,-
Sewa diterima dimuka Rp.2.000.000,-
Artinya sampai dengan 31 Desember 2010 Bedu telah memberikan kontra prestasi jasa sewa gudang selama 1 tahun terhitung mulai 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010, maka sebesar nilai itu juga harus dimasukkan ke laba-rugi perusahaan melalui jurnal penyesuaian seperti berikut;
Sewa diterima dimuka Rp.1.000.000,-
Pendapatan sewa Rp.1.000.000,-

b. Pendekatan laba rugi. Seperti inilah jurnalnya saat penerimaan kas;
Kas Rp.2.000.000,-
Sewa diterima dimuka Rp.2.000.000,-
Artinya sampai dengan 31 Desember 2010 Bedu telah memberikan kontra prestasi jasa sewa gudang selama 1 tahun terhitung mulai 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010, berarti masih ada 1 tahun yang belum boleh diakui sebagai pendapatan, maka sebesar nilai itu juga harus dimasukkan melalui jurnal penyesuaian seperti berikut;
Pendapatan sewa Rp.1.000.000,-
Sewa diterima dimuka Rp.1.000.000,-

 Kewajiban Kontinjensi
Kewajiban kontijensi adalah merupakan kewajiban potensial yang terjadinya serta nilai kewajibannya belum dapat diperkirakan, sehingga ;

1. belum terdapat kemungkinan besar adanya arus keluar sumber daya untuk menyelesaikannnya
2. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal

Pada SAK No.57 paragraf 28 dinyatakan dengan jelas bahwa perusahaan tidak diperkenankan mengakui kewajiban kontinjensi. Hal ini dikarenakan bawha pada kewajiban kontijensi belum dapat ditentukan probabilitas dari kemungkinan arus keluar sumber daya di waktu yang akan datang. Kewajiban kontijensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan sebelumnya. Oleh karena itu, kewajiban kontijensi harus terus menerus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan keluar arus sumber daya bertambah sehingga menjadi kemungkinan besar.
Jika timbul kemungkinan besar bahwa diperlukan arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan suatu unsur yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai kewajiban kontijensi, maka perusahaan mengakui kewajiban diestimasi dalam laporan keuangan pada periode saat perubahan menjadi kemungkinan besar tersebut terjadi.

Kesimpulan

Informasi singkat yang kami dapatkan dan dapat kami simpulkan, kewajiban menunjukkan klaim atas aset, hutang lancar ialah hutang yang dibayar dalam waktu satu tahun atau satu siklus / periode usaha, atau juga kewajiban yang akan dilunasi dengan permintaan kreditor atau yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun.
Meskipun pendekatan ini digunakan sebagai peraturan umum, tidak menutup juga kemungkinan bahwa ada kewajiban tertentu yang dimasukkan ke dalam atau dikeluarkan dari hutang lancar berdasarkan kriteria berbeda. Berikut adalah sebagian yang termasuk kewajiban jangka pendek yaitu hutang dagang, wesel bayar, bagian lancar hutang jangka panjang, biaya yang masih harus dibayar, dan hutang pajak, juga masih banyak lainnya.














Daftar Pustaka

• ”Standar Akuntansi Keuangan”, Ikatan Akuntan Indonesia, Penerbit : Salemba Empat, 1 juni 1996
• ”Memahami Laporan Keuangan”, Lyn M. Fraser. Ailen Ormiston, Penerbit : Indeks, Edisi Keenam
• ”Intermediate Accounting”, Current Liabilities

Tidak ada komentar:

Posting Komentar